Rabu, 18 Mei 2016

suntik KB

1. pengertian suntik KB
Suntik KB adalah kontrasepsi hormonal yang disuntikkan pada bagian tertentu tubuh seperti lengan atas, paha, atau bokong. Setelah disuntikkan, kadar hormon akan meningkat dan kemudian menurun secara bertahap hingga suntikan selanjutnya.

 


Di Indonesia, berdasarkan jangka waktu, terdapat dua jenis suntik KB yang paling umum digunakan, yaitu suntik KB 1 bulan dan suntik KB 3 bulan. Suntikan KB 3 bulan mengandung hormon progestin, sementara suntikan KB 1 bulan mengandung kombinasi hormon progestin dan hormon estrogen, dengan kadar progestin yang lebih rendah.

Suntik KB 1 Bulan

Sesuai namanya, KB ini disuntikkan tiap 30 hari sekali. Suntik KB ini bekerja dengan menghentikan pelepasan sel-sel telur dari rahim dan juga membuat cairan vagina menebal sehingga mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Selain itu suntikan ini juga mempertipis dinding rahim sehingga mempersulit implantasi sel telur. Jika tidak terlambat diberikan, suntikan KB bulanan ini efektif menunda kehamilan hingga 99%.
Kelebihan suntik KB 1 bulan:
  • Risiko gangguan menstruasi lebih kecil dibanding suntikan 3 bulan.
  • Aman digunakan wanita dengan HIV/AIDS yang mengonsumsi obat antiretroviral (ARV).
  • Tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil kontrasepsi setiap hari.
Kekurangan suntik KB 1 bulan:
  • Butuh waktu  beberapa bulan untuk mengembalikan kesuburan.
  • Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HIV sehingga penggunanya masih perlu menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
  • Berpotensi mengakibatkan efek samping pendarahan serta menstruasi tidak lancar atau bahkan berhenti. Setelah suntikan dihentikan, menstruasi baru akan kembali normal sekitar 2 – 3 bulan kemudian. Beberapa wanita bisa mengalami sakit kepala, nyeri pada payudara, dan pertambahan berat badan.
Namun tidak semua wanita dapat menerima suntikan tersebut. Suntik KB 1 bulan ini sebaiknya tidak diberikan pada:
  • Ibu yang sedang menyusui bayi kurang dari 6 bulan.
  • Wanita dengan tekanan darah tinggi.
  • Perokok atau penderita migrain, terutama yang berusia 35 tahun ke atas.
  • Pengidap beberapa penyakit seperti kanker payudara, gangguan hati, penyakit jantung atau pembuluh darah.
  • Untuk mendapatkan hasil optimal, suntikan sebaiknya diberikan tepat waktu dan secara teratur. Jika terlambat lebih dari 7 hari dari jadwal seharusnya, maka sebaiknya gunakan kondom atau tidak berhubungan seksual hingga suntikan berikutnya.
  • Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gangguan setelah suntikan KB.

Suntik KB 3 Bulan

Suntik KB 3 bulan bisa disuntikkan ke bokong atau di lengan atas. Ada juga yang disuntikkan ke lapisan kulit di area perut atau paha atas. Suntikan KB 3 bulan mencegah kehamilan dengan melepaskan hormon progestin ke dalam pembuluh darah.
Progestin adalah hormon yang serupa dengan progesteron, yaitu hormon yang diproduksi ovarium. Progestin dalam suntik KB 3 bulan bekerja dengan menghentikan pelepasan sel telur ke dalam rahim sehingga mencegah terjadinya pembuahan. Selain itu, hormon ini juga mencegah sperma untuk mencapai sel telur dengan menebalkan cairan vagina dan mencegah pertumbuhan janin dengan menipiskan dinding rahim.
Kelebihan suntik KB 3 bulan :
  • Tidak berinteraksi dengan obat-obatan lain.
  • Relatif aman untuk ibu menyusui
  • Bermanfaat bagi wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
  • Tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil kontrasepsi setiap hari.
  • Tidak perlu berhitung lebih dulu saat berhubungan seksual. Bergantung jenisnya, suntikan dapat bertahan hingga 8 – 13 minggu.
  • Jika ingin berhenti, tak perlu repot harus ke dokter, cukup hentikan saja pemakaiannya.
  • Dapat memberikan perlindungan terhadap kanker rahim dan penyakit radang panggul.
Kekurangan suntik KB 3 bulan:
  • Dapat mendatangkan efek samping berupa sakit kepala, kenaikan berat badan, payudara nyeri, pendarahan, dan menstruasi tidak teratur. Efek ini bisa terus terasa selama jangka waktu penyuntikan berlangsung karena kandungan suntikannya akan terus berada dalam tubuh.
  • Bisa memakan waktu hingga setahun setelah dihentikan jika ingin kembali subur. Hal ini membuat kontrasepsi jenis ini tidak dianjurkan untuk mereka yang ingin segera memiliki anak.
  • Suntikan ini diduga dapat sedikit mengurangi kepadatan tulang, namun akan segera kembali normal apabila injeksi dihentikan.
  • Kontrasepsi suntikan tidak memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual sehingga perlu tetap menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
Suntikan biasanya diberikan di salah satu hari di masa menstruasi. Perlindungan dari kehamilan akan langsung efektif jika suntikan diberikan pada salah satu hari selama masa 5 hari pertama periode menstruasi. Sebaliknya, perlindungan hanya efektif setelah 7 hari jika suntikan diberikan di luar waktu menstruasi. Suntik KB 3 bulan dapat diberikan kapan saja setelah persalinan maupun keguguran. Namun jika Anda menyusui, sebaiknya suntikan diberikan 6 minggu setelah persalinan.
Akan tetapi suntik KB 3 bulan tidak tepat digunakan pada beberapa kondisi berikut:
  • Wanita yang merasa dirinya sedang hamil.
  • Wanita yang ingin siklus menstruasinya tetap teratur.
  • Wanita yang mengalami migrain, gangguan hati, pembekuan darah, memiliki riwayat penyakit jantung, pendarahan di antara masa menstruasi, diabetes dengan komplikasi, kanker payudara, atau berisiko tinggi mengidap osteoporosis.
Kedua jenis suntik KB ini umumnya bisa didapatkan pada dokter kandungan, dokter umum, bidan, rumah sakit, puskesmas. Jika tepat diberikan pada orang yang tidak berisiko, kontrasepsi suntik akan berperan besar dalam mengatur kehamilan.

Hasil gambar untuk GAMBAR SUNTIK KB 1 BULAN 3 BULAN


robekan jalan lahir

Robekan Perineum
Robekan perineum dapat dihindari dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum terbagi atas 4 derajat :
·         Derajat I        : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum
·         Derajat II       : mukosa vagina, fauchette posterior, kutit perineum, otot perineum
·         Derajat III      : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spinter ani eksterna
·         Derajat IV      : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, oto perineum, otot spinter ani eksterna, dinding rectum anterior
Derajat robekan jalan lahir (perineum)


Robekan perineum yang melebihi derajat 1 harus di jahit  dengan penderita berbaring secara litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan anti septic dan luas robekan ditentukan dengan seksama.
Pada derajat 2, setelah diberi anastesi local otot-otot diafragma urogenetalis dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan dibawahnya.
          Pada derajat 3 dilakukan dengan teliti : dinding depan rectum yang robek dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingter ani eksternus yang robek dijahit. Lakukan penutupan robekan.
 
 Hasil gambar untuk laserasi jalan lahir
 
          Sedangkan pada derajat 4 dilakukan rujukan.
Tingkat episotomi menurut Manuaba (2007) antara lain :
Tingkat episiotomy
Jaringan terkena
Keterangan
Pertama
·         Fourchette
·         Kulit perineum
·         Mukosa vagina
·         Mungkin tidak perlu dijahit
·         Menutup sendiri
Kedua
·         Fascia + muskulus badan perineum
·         Perlu dijahit
Ketiga
·         Ditambah dengan sfincter ani
·         Harus dijahit legeartis sehingga tidak menimbulkan inkontinensia
Keempat
·         Ditambah dengan mukosa rektum
·         Teknik menjahit khusus sehingga tidak menimbulkan fistula
              


                                                                  
Penjahitan Perineum
Penjahitan

Senin, 16 Mei 2016

lima benang merah pada asuhan kebidanan

 LIMA BENANG MERAH PADA ASUHAN KEBIDANAN


Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik yang normal maupun patologis. Lima benang merah akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan mulai dari Kala I hingga kala empat, termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
Adapun lima benang merah tersebut adalah :
  1. Membuat keputusan klinik
  2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
  3. Pencegahan Infeksi
  4. Pencatatan (rekam medik) asukan persalinan
  5. Rujukan
Penjelasan singkat yang dapat membuat anda sedikit mengerti tentang 5 benang merah antara lain sebagai berikut:

1.MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIK
Membuat keputusann klinik merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh klien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan. Semua keputusan akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku yang diharapkan dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan pengalaman ilmunya kepada pasien atau klien.
Langkah membuat keputusan klinik:
  1. Pengumpulan data: subjektif dan objektif
  2. Diagnosis kerja
  3. Penatalaksanaan klinik
  4. Evaluasi hasil implementasi tatalaksana
2.ASUHAN SAYANG IBU
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, keepercayaan dan keinginan sang ibu.  Cara yang paling mudah membayangkan meengenai asuhan sayang ibu adalah menanyakaan kepada diri sendiri: “Seperti ini kah asuhan yang saya dapatkan?” atau apakah “asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?
Konsep dari asuhan sayang ibu adalah:
  • Persalinan merupakan peristiwa alami
  • Sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal
  • Penolong memfasilitasi proses persalinan
  • Tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap membantu kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan kerjasama semua pihak (penolong-klien-keluarga)
3.PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya untuk mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur.
Yang diperhatikan dalam pencegahan infeksi:
  • Kewaspadaan Standar
  • Mencegah terjadinya dan transmisi penyakit
  • Proses Pencegahan Infeksi Instrumen dan Aplikasinya dalam Pelayanan
  • Barier Protektif
  • Budaya Bersih dan Lingkungan yang Aman
4.PENCATATAN
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan.
Yang diperhatikan dalam pencatatan adalah:
  • Kelengkapan status klien
  • Anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan uji atau penapisan tambahan lainnya
  • Partograf sebagai instrumen membuat keputusan dan dokumentasi klien
  • Kesesuaian kelaikan kondisi klien dan prosedur klinik terpilih
  • Upaya dan Tatalaksana Rujukan yang diperlukan
5.RUJUKAN
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Yang diperhatikan dalam rujukan adalah:
  • Alasan keperluan rujukan
  • Jenis rujukan (darurat atau optimal)
  • Tatalaksana Rujukan
  • Upaya yang dilakukan selama merujuk
  • Jaringan pelayanan dan pendidikan
  • Menggunakan Sistem Umum atau Sistem Internal Rujukan Kesehatan

    Hasil gambar untuk LIMA BENANG MERAH

Minggu, 15 Mei 2016

solusio plasenta

SOLUSIO PLASENTA

1.      Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian dalam sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian, dan merupakan komplikasi kehamilan yang serius namun jarang terjadi. Plasenta berfungsi memberikan nutrisi serta oksigen pada janin yang dikandung, dan merupakan organ yang tumbuh di dalam rahim selama masa kehamilan.
Solusio plasenta bisa membahayakan nyawa ibu dan bayi yang dikandung jika tidak segera ditangani. Hal ini dikarenakan solusio plasenta bisa menyebabkan pendarahan hebat bagi sang ibu, dan bayi yang dikandung bisa kekurangan asupan nutrisi serta oksigen

2.      Gejala Solusio Plasenta
Usia kehamilan enam bulan ke atas, terutama beberapa pekan sebelum proses persalinan merupakan waktu yang paling sering mengalami solusio plasenta. Di bawah ini adalah beberapa gejala solusio plasenta yang bisa terjadi:
  • Nyeri punggung.
  • Kontraksi berlangsung cepat.
  • Pendarahan pada vagina.
  • Rahim terasa sakit.
  • Nyeri perut.
  • Kurang bergeraknya bayi yang berada dalam kandungan atau tidak seperti biasanya.
Jika mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, segera temui dokter.
3.      Penyebab Solusio Plasenta
Hingga saat ini penyebab pasti terjadinya solusio plasenta belum diketahui, namun ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko solusio plasenta, yaitu:
  • Wanita yang merokok atau yang menyalahgunakan narkoba.
  • Wanita yang berusia di atas 40 tahun.
  • Wanita yang pernah mengalami solusio plasenta sebelumnya.
  • Wanita yang pernah melahirkan bayi kembar.
  • Wanita yang memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi.
  • Wanita yang memiliki gangguan pembekuan darah.
  • Wanita yang pernah mengalami trauma pada perut, seperti terjatuh atau terkena pukulan.
  • Air ketuban bocor atau pecah terlalu awal.

4.      Diagnosis Solusio Plasenta
Untuk mendiagnosis solusio plasenta, awalnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna memeriksa tekanan rahim, apakah lunak atau keras. Dan mungkin diperlukan tes darah atau ultrasound untuk membantu mengetahui penyebab terjadinya pendarahaan vagina. Ultrasound frekuensi tinggi juga bisa digunakan untuk melihat rahim, namun tidak selalu bisa untuk melihat adanya solusio plasenta.
5.      Perawatan Solusio Plasenta
Perawatan solusio plasenta yang dilakukan tergantung pada keadaan bayi yang dikandung dan usia kehamilan. Plasenta yang sudah terlepas dari dinding rahim tidak bisa ditempelkan kembali.
Anda mungkin akan dirawat di rumah sakit jika usia kehamilan di bawah 34 minggu, detak jantung bayi normal dan kondisi tergolong ringan. Namun jika usia kehamilan sudah di atas 34 minggu dan solusio plasenta membahayakan ibu dan bayi yang dikandung, maka dokter akan menyarankan untuk segera melakukan proses persalinan, biasanya dengan operasi caesar. Jika ibu hamil mengalami pendarahan yang parah, makan transfusi darah akan dilakukan.
6.      Komplikasi Solusio Plasenta
Solusio plasenta dapat menimbulkan komplikasi dan membahayakan jiwa ibu dan bayi yang dikandung. Ibu hamil yang menderita solusio plasenta kemungkinan bisa mengalami gangguan pembekuan darah dan syok akibat kehilangan darah. Selain itu, komplikasi akibat solusio plasenta juga bisa menyebabkan kondisi gagal ginjal atau gagal organ tubuh lainnya. Pendarahan juga kemungkinan terjadi setelah proses persalinan. Operasi histerektomi atau pengangkatan rahim mungkin akan dilakukan jika pendarahan yang terjadi tidak bisa dikendalikan.
Sedangkan komplikasi akibat solusio plasenta pada bayi yang dikandung dapat menyebabkan kelahiran prematur serta kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Bahkan komplikasi yang serius dapat menyebabkan bayi terlahir dalam keadaan meninggal


SERVIK
app
 

bendungan ASI

  1. Pengertian
Pembendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2011).
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (2009) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang. Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam dan payudara terasa nyeri tekan (obstetry patologi: 196) Saluran tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran asi (ductus laktiferus) secara lokal sehingga timbul benjolan lokal (Wiknjosastro, 2010).

  1. Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

  1. Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras dan panas
3. Payudara oedem
4. Pasien merasakan sakit
5. Puting susu kencang dan kulit payudara mengkilat walau tidak merah
7. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo, 2011) dan (Ari sulystiawati,2010)
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2011)
  1. Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2010)

  1. Pencegahan
1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)
5. Menyusui yang sering
6. Perlekatan yang baik
7. Hindari tekanan lokal pada payudara
(Wiknjosastro, 2010)
8. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu, sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu   agar ketegangan menurun.

  1. Penatalaksanaan
  1. Jika ibu menyusui:
    – Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras.
    – Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
    – Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
    – Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan engan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
    – Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
    – Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
    – Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
  1. Jika ibu tidak menyusui:
    – Gunakan bra yang menopang
    – Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
    – Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
    – Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
    – Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2011) adalah:
    1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
    2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
    3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
    4. Gunakan BH yang menopang
    5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

  1. Perawatan Payudara pada Masa Nifas menurut DEPKES, RI (2012) :
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara:
  1. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
  2. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
  3. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal ke arah puting

     Gambar perawatan payudara dan teknik memeras ASI yang baik