- Pengertian
Pembendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan
ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2011).
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (2009) adalah sejak hari ketiga
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal
dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis
dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa
penuh tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi
bendungan. Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan
cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi
terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara
menjadi bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat
mengkilap. ASI biasanya mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang
menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri.
Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI
tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak
berkurang.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, asi
yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang.
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi
sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam
dan payudara terasa nyeri tekan (obstetry patologi: 196) Saluran
tersumbat = obstructed duct = caked brecs t. terjadi statis pada saluran
asi (ductus laktiferus) secara lokal sehingga timbul benjolan lokal
(Wiknjosastro, 2010).
- Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang
produksi ASI-nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai
menyusu, dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin
atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan
ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena
bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu
dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI.
- Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1. Bengkak pada payudara
2. Payudara terasa keras dan panas
3. Payudara oedem
4. Pasien merasakan sakit
5. Puting susu kencang dan kulit payudara mengkilat walau tidak merah
7. Terdapat nyeri tekan pada payudara (Prawirohardjo, 2011) dan (Ari sulystiawati,2010)
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara
bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang kadang terasa nyeri
serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak
terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2011)
- Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus
yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh
estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh
hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus
dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul bila
bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika tidak
dikosongkan dengan sempurna, maka terjadi bendungan air susu. Gejala
yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI
biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi
rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan
hilang dalam 24 jam (wiknjosastro,2010)
- Pencegahan
1. Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
3. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)
5. Menyusui yang sering
6. Perlekatan yang baik
7. Hindari tekanan lokal pada payudara
(Wiknjosastro, 2010)
8. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu, sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu agar ketegangan menurun.
- Penatalaksanaan
- Jika ibu menyusui:
– Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras.
– Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
– Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
– Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan engan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu
– Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
– Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
– Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
- Jika ibu tidak menyusui:
– Gunakan bra yang menopang
– Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
– Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
– Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
– Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2011) adalah:
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara
untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan
terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan payudara,
sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang.
Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari
selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
- Perawatan Payudara pada Masa Nifas menurut DEPKES, RI (2012) :
Dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara:
- Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas, terus kesamping, kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara.
- Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting, demikian pula payudara kanan.
- Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan
kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari
pangkal ke arah puting
Gambar perawatan payudara dan teknik memeras ASI yang baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar